Berkecamuk secara Verbal



Awalnya sy kaget begitu dapat sms bahwa sy sudah melakukan KDRT Verbal pada seseorang, gatau kenapa maksud dan tujuan dari sms itu, karena sebelum sms itu datang, saya hanya sms mempertahankan pendapat atas kesewenang-wenangan pada perasaan sy sendiri, mencoba mempertahankan pendapat dengan statemen2 yang biasa sy lakukan, 
Lebih lebih dari sms itu dampak dari kdrt secara verbal tersebut sdh melukao hati dan perasaan seseorang yg tidak terima dengan kata kata saya di sms, padahal klo mau di bilang sy sdh melakukan kdrt berbal mungkin aq yang paling tersakiti baik hati maupun perasaannya karena penindasan dan kewenang wenangan seseoranh pada diri saya.
Akhirnya stelah di renungkan isi sms itu aq memaksakan diri untukmencari tau apa itu  kdrt secara verbal. Maka aq searcing google dan akhirnya aq menemui jawaban secara pasti tentang sms itu. Di CNN Jakarta.

 Tak banyak orang tahu kalau verbal bullying atau penindasan yang dilakukan dengan kata-kata, pernyataan atau julukan tertentu ternyata memiliki efek yang lebih dahsyat dibandingkan dengan bullying yang dilakukan dengan kekerasan fisik. Sebab, menurut psikolog klinis Liza Marielly Djaprie, efeknya memang tidak terlihat tapi cukup 'mematikan'

"Efeknya tidak ada mimisan, bengep, seperti intimidasi fisik, tapi nikam banget ke dalamnya (jiwa), kena banget. Oleh sebab itu biasanya tingkat bunuh diri paling banyak berasal dari cyber bullying dan verbal bullying," kata Liza dalam acara peluncuran kampanye gerakan #rayakannamamu yang diadakan oleh Coca Cola di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (13/1).

Liza juga mengatakan, beberapa pasien yang datang kepadanya sampai mengalami keluhan fisik tertentu seperti sakit kepala, migrain atau keluhan fisik lainnya. Tak jarang juga ada yang menyakiti diri sendiri karena mereka sudah merasa tak ada harganya lagi di mata orang yang menindasnya.

Dilansir dari situs bullyingstatistic.org, verbal bullying memang dapat memengaruhi citra diri seseorang dan mempengaruhi emosi juga kondisi psikologis. Intimidasi verbal juga dapat membuat percaya diri seseorang menurun bahkan sampai mengarah pada depresi. Dalam kondisi yang ekstrem, korban kekerasan verbal dapat melakukan bunuh diri.

Parahnya, pada orang tertentu, dampak bullying itu bisa melekat dalam jangka waktu yang cukup lama. Bahkan tidak jarang juga orang yang di-bully di masa kecilnya mengalami dampaknya sampai dewasa, misalnya tidak memiliki rasa percaya diri yang cukup untuk tampil di depan orang lain.

Adapun jenis-jenis verbal bullying meliputi pemberian nama atau julukan tertentu, menghina, mengejek, mengintimidasi, komentar bernada rasis, maupun kekerasan verbal lainnya.

Kebanyakan verbal bullying dilakukan oleh perempuan. Mereka menggunakan verbal bullying sebagai sebuah teknik sosial untuk mendominasi dan memperlihatkan kelebihan serta kekuatannya.

Kendati demikian, laki-laki juga terbukti banyak yang melakukan verbal bullying. Mereka biasanya melakukan tipe bullying tersebut untuk mendominasi. Laki-laki akan menggunakan kata-katanya ketika mereka menghindari masalah tertentu yang pada akhirnya justru mengarah pada bullying terhadap orang lain.

Liza mengatakan biasanya pelaku bullying memilih korbannya terlebih dahulu sebelum melakukan verbal bullying. Mereka biasanya akan mengincar orang-orang yang dianggap lebih lemah darinya.

"Biasannya mereka mengincar orang yang tidak punya teman, seperti terisolasi, minderan, dan tidak banyak omong. Pelaku juga tidak asal memilih korbannya," ujar Liza.

Di sisi lain, Liza mengatakan, para pelaku bullying biasanya juga memiliki masalah tertentu. Kondisi psikologis mereka juga biasanya bermasalah. Entah itu di lingkungan rumah, sekolah atau lingkungan kerja.

Meski dampaknya begitu besar dan sulit dideteksi, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari verbal bullying. Liza menyarankan untuk tidak menghiraukan ejekan pelaku bullying.

"Jangan dianggap. Anjing menggonggong kafilah berlalu. Kalau dicuekin mereka akan capek kok," ujar Liza.

Jika dihadapi dengan menangis, atau ekspresi yang terkesan menolak, pelaku bullying justru semakin senang dan akan terus melakukan bullying.

"Jangan membalas mereka, karena sama saja Anda turun ke level mereka," kata Liza.ak banyak orang tahu kalau verbal bullying atau penindasan yang dilakukan dengan kata-kata, pernyataan atau julukan tertentu ternyata memiliki efek yang lebih dahsyat dibandingkan dengan bullying yang dilakukan dengan kekerasan fisik. Sebab, menurut psikolog klinis Liza Marielly Djaprie, efeknya memang tidak terlihat tapi cukup 'mematikan'

"Efeknya tidak ada mimisan, bengep, seperti intimidasi fisik, tapi nikam banget ke dalamnya (jiwa), kena banget. Oleh sebab itu biasanya tingkat bunuh diri paling banyak berasal dari cyber bullying dan verbal bullying," kata Liza dalam acara peluncuran kampanye gerakan #rayakannamamu yang diadakan oleh Coca Cola di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (13/1).
[8/5 15.46] 

Liza juga mengatakan, beberapa pasien yang datang kepadanya sampai mengalami keluhan fisik tertentu seperti sakit kepala, migrain atau keluhan fisik lainnya. Tak jarang juga ada yang menyakiti diri sendiri karena mereka sudah merasa tak ada harganya lagi di mata orang yang menindasnya. 

Dilansir dari situs bullyingstatistic.org, verbal bullying memang dapat memengaruhi citra diri seseorang dan mempengaruhi emosi juga kondisi psikologis. Intimidasi verbal juga dapat membuat percaya diri seseorang menurun bahkan sampai mengarah pada depresi. Dalam kondisi yang ekstrem, korban kekerasan verbal dapat melakukan bunuh diri. 

Parahnya, pada orang tertentu, dampak bullying itu bisa melekat dalam jangka waktu yang cukup lama. Bahkan tidak jarang juga orang yang di-bully di masa kecilnya mengalami dampaknya sampai dewasa, misalnya tidak memiliki rasa percaya diri yang cukup untuk tampil di depan orang lain. 

Adapun jenis-jenis verbal bullying meliputi pemberian nama atau julukan tertentu, menghina, mengejek, mengintimidasi, komentar bernada rasis, maupun kekerasan verbal lainnya. 

Kebanyakan verbal bullying dilakukan oleh perempuan. Mereka menggunakan verbal bullying sebagai sebuah teknik sosial untuk mendominasi dan memperlihatkan kelebihan serta kekuatannya. 

Kendati demikian, laki-laki juga terbukti banyak yang melakukan verbal bullying. Mereka biasanya melakukan tipe bullying tersebut untuk mendominasi. Laki-laki akan menggunakan kata-katanya ketika mereka menghindari masalah tertentu yang pada akhirnya justru mengarah pada bullying terhadap orang lain. 

Liza mengatakan biasanya pelaku bullying memilih korbannya terlebih dahulu sebelum melakukan verbal bullying. Mereka biasanya akan mengincar orang-orang yang dianggap lebih lemah darinya. 

"Biasannya mereka mengincar orang yang tidak punya teman, seperti terisolasi, minderan, dan tidak banyak omong. Pelaku juga tidak asal memilih korbannya," ujar Liza. 

Di sisi lain, Liza mengatakan, para pelaku bullying biasanya juga memiliki masalah tertentu. Kondisi psikologis mereka juga biasanya bermasalah. Entah itu di lingkungan rumah, sekolah atau lingkungan kerja. 

Meski dampaknya begitu besar dan sulit dideteksi, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari verbal bullying. Liza menyarankan untuk tidak menghiraukan ejekan pelaku bullying. 

"Jangan dianggap. Anjing menggonggong kafilah berlalu. Kalau dicuekin mereka akan capek kok," ujar Liza. 

Jika dihadapi dengan menangis, atau ekspresi yang terkesan menolak, pelaku bullying justru semakin senang dan akan terus melakukan bullying. 

"Jangan membalas mereka, karena sama saja Anda turun ke level mereka," kata Liza.

Ya sudah klo gitu sy akan bertindak masa bodoh dan diam klo itu yang terbaik dan agar tidak dicap kalau sy sdh membelenggunya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tongkat Pramuka

3 Tokoh Wanita yang Berperan Dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia