Menjelang Pemilu 2014, isu keterwakilan perempuan di partai politik
kembali menjadi topik perbincangan. Masalah perempuan dan politik ini
tentu tidak lepas dari perkembangan sistem politik dan partai yang ada
di Indonesia. Ani Sucipto, pakar politik dari Universitas Indonesia,
menyayangkan metode pemilu masih dengan suara terbanyak, padahal banyak
perempuan caleg rata-rata tidak memiliki basis sosial, karena kurangnya
kesempatan mereka di ruang-ruang publik. Bahkan Pilkada Jabar beberapa
waktu lalu, isu penolakan perempuan sebagai pemimpin kembali terangkat
di masyarakat, ini karena basis sosial yang tidak dikuasai caleg
perempuan, selain itu karena masyarakat masih belum sepenuhnya menerima
perempuan sebagai pemimpin, kecuali sudah dikenal sebelumnya. Masalah
ini juga dapat kita temukan di daerah lain seperti Aceh dan Papua.